Indah pada waktunya


         Sore itu rumah Nano sangat ramai, penuh dengan keluarga besar yang bahagia. “Eh Uda, Bou, yee bawa goreng lagi,” teriak Nano sambil berlari menuju arah kedatangan mereka. “Ah kau ini goreng terus goreng terus,” celetuk Uda Rinal. “Biarin aku kan pecinta goreng,”sela Nano. “Udah udah, bawa aja gorengnya kedalam,”setuju Uda Rinal. Nano pun membawa goreng tersebut kebelakang dan meminta kakaknya menyeduhkan minuman untuk mereka yang datang.
            Tiba-tiba suasana hening pun tercipta, ketika setiap orang di dalam rumah Nano mulai berpikir keras dengan ekspresi cemas. “Bah, dimana si Tata kok nggak kelihatan,” tanya Uda Rinal kebingungan. Mereka pun mulai memanggil Tata secara bergantian dan mencari nya diseluruh sudut rumah. Kolong-kolong pun dicapai demi mendapatkan si kecil, Tata. Kakak-kakaknya Sila, Yani, dan Nando mulai menyakan satu per satu teman mainnya, tetapi tidak ada satupun yang melihat ataupun bermain dengannya saat itu. “Tata, kau dimana,? panggil seluruh keluarga secara bergantiaan.
            Setelah beberapa menit mencari, ternyata Tata bersembunyi dibelakang pintu kamar kakaknya, Yani. Tata didapati bersembunyi oleh Udanya, Rinal. “ Bah bah bah, marua ho dison,? tanya Uda Rinal dengan bahasa bataknya yang kental. Lalu Uda Rinal membawa Tata ke ruang keluarga dimana mereka berkumpul. Kami terkejut dan hanya bisa menggaruk dan menggelengkan kepala. Ketika ditanya Tata pun hanya merengek kecil dan menangis. Maka dari itu kami berhenti bertanya dan mencoba untuk mencari tau alasan mengapa Tata bersembunyi, dan ternyata jawabannya adalah Tata takut kepada tamu yang datang. Padahal tamu yang datang adalah saudaranya sendiri, mungkin karena saudara jauh yang jarang kerumah, maka dari itu Tata takut, tetapi pertanyaan masih bergerumul di pikiran mereka, kenapa harus bersembunyi? Santa pun akhirnya dibawa kakak-kakaknya bermain di luar rumah dan memberikan dia goreng yang tadi baru dibawa oleh Uda dan Bounya.
            Tata anak yang tidak terlalu ceria, dia sedikit pendiam. Tata tidak memiliki teman main yang dekat saat itu. Ketika kecil Tata dititipkan oleh orangtuanya di rumah salah satu tetangganya. Tata 4 bersaudara, kakak-kakaknya bersekolah dan orangtuanya bekerja hingga sore hari. Ia dititipkan sejak berumur 3-4 tahun. Awal ketika Tata dititipkan, dia masih bersama kakaknya hingga jam 11 siang dan selanjutnya kakanya Sila, pergi ke sekolah. Ketika jam 1 siang, kakaknya Nando sudah pulang dari sekolah dan langsung membawa Tata ke rumah mereka. Tapi terkadang Nando tidak langsung membawa Tata kerumah dan masih menitipkan Tata di rumah tetangganya tersebut. Pada awal-awal Tata dititipkan, tetangganya tersebut sangat baik dan sabar mengurus Tata, tetapi setelah beberapa bulan tetangganya tersebut berbeda dari awalnya. Tetangganya tersebut berlaku tidak sopan. Keluarga dari tetangganya tersebut mulai sering memarahi Tata, alasannya karena ribut dengan tangisan dan rewelan Tata, padahal Tata anak yang tidak rewel saat itu. Tetangganya tersebut bisa dibilang “pilih kasih”, karena dia lebih memperlakukan dengan baik anak orang lain yang membayar mereka lebih  banyak uang. Kabar-kabar ini didapat oleh kakak-kakak Tata ketika mereka menyelidiki kebenaran peristiwanya. Pada saat Tata berumur 5 tahun, Tata tidak lagi dititipkan di rumah tetangganya tersebut, karena Tata telah masuk TK. Tata telah memiliki teman akrab dirumah dan tidak takut jika ditinggal sendiri. Jawaban itu juga kakaknya Sila, dapatkan ketika bertanya langsung padanya, tetapi sebenarnya Sila juga tidak yakin dengan jawabannya tersebut, karena walaupun Tata telah memiliki teman, Tata masih menjadi seorang anak yang pendiam.
            Ketika masuk TK, Tata mulai berkenalan dengan banyak teman, tetapi tetap saja dia menjadi anak yang tidak dapat berteman dengan banyak teman. Tata hanya berteman dengan anak-anak yang menurut pendapatnya sesuai untuk menjadi temannya. Disamping itu, ternyata Tata memiliki emosional yang tinggi. Ketika Tata dijaili temannya hingga dia marah, Tata bisa menonjok dan memukul temannya dengan keras, hingga pernah suatu kali Sila melihat hal yang sama, lalu Sila memarahi Tata, Tata pun seketika terdiam. Ketika Sila melaporkan kejadian itu dan tidak sengaja mengatakan bahwa dia memarahi Tata, Sila dimarahi balik oleh mamanya. “ Kenapa kamu memarahinya, tidakkah kamu bisa hanya dengan menasehatinya saja, kamu tahu kan sifatnya bagaimana, Tata bisa saja menjadi anak yang sangat pendiam, jauh lebih pendiam jika kamu melakukan hal itu,”sentak mamanya. Tiba-tiba Sila tersadar, perkataan mamanya memang benar, lalu diapun meminta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Setelah kejadian itu Sila mulai memerhatikan Tata, Tata memang jauh lebih pendiam dan akhir-akhir ini Tata jarang berteman dengan teman mainnya seperti biasa. Seketika air mata Sila menetes, “Tuhan, maafkan aku, aku tidak berdaya, aku hanya manusia biasa,” sambil menghapus air mata.
            Sejak Tata masuk TK, kemampuan-kemampuannya mulai terlihat baik dalam segi akademik  maupun non-akademik. Tata mendapatkan juara 3 pada lomba mewarnai disekolahnya yang disponsori oleh Cerebrofot. Masuk SD, kemampuan akademiknya terlihat Tata mendapat nilai-nilai yang tinggi pada semua mata pelajaran, tapi sesuai dengan pantauan kakak-kakaknya Tata masih saja melihat sifat pendiam dan suka menyendiri pada diri Tata.
            Acara tahunan berlangsung di gerejanya, Tata mengikuti perlombaan pada saat itu, yaitu mewarnai. Tata telah melewati beberapa tahap, dan sampailah dia pada sesi Final. Pada saat Final Painting, melihat cara Tata yang sangat lambat dalam mewarnai Kakaknya, Sila memarahinya. Sila sangat geram dengan cara mewarnai Tata, padahal pada saat itu waktunya hampir habis. Sehabis lomba, Sila semakin marah, “Tata, kok lambat banget sih, kau ini udah di bilang cepat, ahh kalah pasti,” Sila marah dan seketika tersadar, “Tuhan aku melakukannya lagi,” Tata terdiam dan memeluk mamanya. Dengan seketika aku langsung memberi semangat kepada Tata, “nggak apa-apa Ta, pasti menang kok, gambarmu kan bagus,” tambahku. Santa pun sedikit tersenyum dari berlari ke arah papanya yang sedang menonton pertandingan lainnya. Tidak di sangka-sangka Tata pun menjadi juara 1 pada pengumuman perlombaan mewarnai. Tata sangat senang dan kamipun juga sangat senang.
            Pada saat itu mereka sekeluarga sangat senang dan merayakan kemenangan Tata dengan makan-makan. “Pa makan goreng aja ya,”celetuk Nano tiba-tiba. “Kau ini yang menang siapa, yang minta goreng siapa,”canda papa. “Gak apa-apalah pak, aku mewakili Tata,”tawa Nano. Mereka pun tertawa bersama sama dengan perasaan ceria.
            Sila dan keluarga akhirnya dapat bercermin, bahwa tiada manusia yang sempurna. Kelemahan Tata adalah kelebihannya jika setiap orang dapat mengendalikan diri mereka ketika berhadapan dengan Tata. Tata anak yang cerdas, sekarang Tata sudah dapat bermain dengan banyak teman. Keluarganya adalah hidupnya, Tata sangat mencintai keluarganya dan keluarganya juga mencintai Tata dengan segala kekurangannya.

Comments

Popular Posts